Visi dan Misi

Menjadi Jemaat yang Dewasa dalam Iman, Melayani dan Bersaksi untuk Tuhan Yesus

Motto

Tangguh, Teguh dan Sungguh di dalam Kristus

Monday, July 28, 2008

PROPOSAL PEMBELIAN TANAH GEREJA

PENDAHULUAN

Salam Sejahtera dalam Kasih Kristus

Pujian, syukur dan hormat kepada Tuhan Yesus, sebab Tuhan berkenan mempercayakan pelayanan yang lebih besar kepada GKMI Petra. Memperhatikan perkembangan dan kebutuhan gereja saat ini, serta mengantisipasi perkembangan gereja di masa yang akan datang, membeli tanah/lahan kosong di sebelah gereja merupakan kebutuhan mutlak bagi GKMI Petra.

Peningkatan kuantitas dan kualitas jemaat perlu direncanakan dari sekarang secara matang. Oleh karena itu, GKMI Petra menyadari perlunya penyediaan lahan dan ruangan yang cukup memadai untuk bisa menampung umat Tuhan dalam pembinaan iman atau tempat beribadah. Guna mewujudkan visi besar ini tak henti-hentinya seluruh jemaat GKMI Petra memanjatkan doa-doa berantai selama 24 jam penuh dalam seharinya. Jemaat juga mengumpulkan dana dan melakukan segala usaha untuk dapat merealisasikan pergumulan pembelian tanah, sebab kondisi lahan yang ada saat ini sudah tidak memadai.

Mengingat lokasi gereja terletak di antara lahan kosong dan Sekolah Mardi Yuana, menjadi bahan pergumulan kami untuk segera membeli lahan kosong di sebelah kanan gereja yang saat ini ditawarkan kepada GKMI Petra (lahan ini juga ditawarkan oleh pemiliknya kepada masyarakat umum), karena hanya perkembangan ke tempat itulah yang dapat dilakukan oleh GKMI Petra. Sidang jemaat GKMI Petra sudah bersehati untuk membeli tanah yang saat ini sudah ditawarkan kepada gereja, karena ini merupakan satu hal terbaik yang dapat gereja lakukan untuk menyongsong perkembangan pelayanan ke depan.

Lahan kosong yang ditawarkan untuk dijual, seluas 570 meter persegi dengan harga Rp 1.750.000,00/m2 (satu juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah per meter persegi), sehingga dana yang kami butuhkan adalah sebesar 1 (satu) miliar rupiah.
Kami tahu betapa besar dana yang dibutuhkan, namun kami meyakini bahwa Tuhan Yesus kami lebih besar dari semua permasalahan di dalam kehidupan pelayanan kami. Tuhan Yesus yang sudah menanamkan visi dan memulai pekerjaan besar ini, tentu Ia juga yang akan meneruskannya sampai pada akhirnya. Dasar dan motivasi kami untuk melangkah maju bersama adalah Firman Tuhan:
"Lapangkanlah tempat kemahmu, dan bentangkanlah tenda tempat kediamanmu, janganlah menghematnya, panjangkanlah tali-tali kemahmu dan pancangkanlah kokoh-kokoh patok-patokmu." (Yesaya 54:2)

Kami juga membutuhkan dukungan dan rindu mengajak Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk berpartisipasi di dalam pelayanan yang besar dan mulia ini. Tuhan Yesus mengatakan: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena kerajaan Allah meninggalkan rumahnya, istrinya atau saudaranya, orang tuanya atau anak-anaknya, akana menerima kembali lipat ganda pada masa ini juga, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal." (Lukas 18:29-30). Partisipasi atau pengorbanan yang kita berikan bagi kemuliaan nama Tuhan akan diperhitungkan sendiri oleh Tuhan sebagai upah kesetiaan kita kepada-NYA.

Mari Bapak/Ibu/Saudara/Saudari sekalian kita saling menolong dan saling memberkati, serta semakin giat melakukannya agar nama Tuhan Yesus semakin dimuliakan di dalam kita. Akhirnya, atas nama Panitia, Majelis Jemaat dan Hamba Tuhan GKMI Petra, kami mengucapkan terima kasih untuk partisipasi Saudara sekalian. Selamat bergabung dengan kami di dalam pelayanan ini, Tuhan Yesus memberkati!

Depok, Juli 2008

Panitia Pembelian Tanah


LATAR BELAKANG RENCANA PEMBELIAN TANAH

GKMI Petra terletak di Jalan Cempaka No. 2 Depok Lama, merupakan tempat yang sangat strategis untuk dijangkau dengan sarana transportasi dari berbagai arah, karena hanya berjarak 30 meter dari jalan utama yaitu Jalan Siliwangi, Depok. Luas tanah GKMI Petra saat ini adalah 240 meter persegi, dan telah didirikan bangunan seluruhnya sehingga tidak memiliki lahan (tanah) kosong. Bangunan yang ada saat ini terdiri dari 1 (satu) ruang ibadah, 1 (satu) ruang sekolah minggu (di lantai 2), 2 (dua) ruang kantor dan 1 (satu) gudang sekaligus sebagai ruang sound system.

Bangunan gereja terletak dan berbatasan dengan Sekolah Mardi Yuana di sebelah Utara, di sebelah Selatan berbatasan dengan lahan kosong, di sebelah Barat berbatasan dengan lahan kosong yang saat ini telah ditawarkan untuk dijual. Sedangkan di sebelah Timur, berbatasan langsung dengan Jalan Cempaka.

Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan jemaat sekarang ini yang cukup signifikan, kami bergumul untuk mempersiapkan tempat yang lebih luas dan memadai bagi ibadah kami. Gereja tidak mungkin mengembangkan ke sebelah manapun karena semua lahan yang dimiliki telah habis dibangun. Sedangkan jumlah anak-anak Sekolah Minggu saat ini ada 50 anak dengan 1 (satu) ruangan Sekolah Minggu dan jumlah Remaja/Pemuda sebanyak 20 orang saat ini belum memiliki tempat ibadah tersendiri.

Selain itu, saat ini gereja belum memiliki Pastori bagi Hamba Tuhan, belum ada ruang untuk koster, serta tidak tersedianya lahan parkir untuk kendaraan bermotor.

Ditambah lagi dengan masalah perijinan bangunan (IMB) di Pemerintahan Kota Depok yang mensyaratkan bagi pendirian bangunan harus memenuhi ketentuan 60% untuk bangunan dan 40% untuk lahan resapan air.

Maka kebutuhan untuk membeli tanah di samping gereja mau tidak mau menjadi suatu kebutuhan mutlak bagi GKMI Petra.

DENAH

SUSUNAN PANITIA PEMBELIAN TANAH

Penanggung Jawab: Majelis Jemaat GKMI Petra

Penasehat:
1. Pdm. Eko Purwanto, M.Si.
2. Bpk. Soemardi
3. Bpk. Tanto Saputro

Ketua:
Bpk. Tjoe Min Fang

Sekretaris
:
Bpk. Jacob Harrison

Bendahara:
1. Bpk. Dian Lesmana
2. Bpk. Katmo

Seksi Dana:
1. Bpk. Yohan Adi Satria
2. Bpk. Ari Rusdianto
3. Bpk. Sanar Suroto
4. Bpk. Tony Mulyono
5. Syafrianto

Seksi Humas:
1. Bpk. Yusdianto
2. Bpk. Katmo
3. Bpk. Saroni
4. Bpk. Eeng Irawan
5. Bpk. Aris Soetrisno

Seksi Doa:
1. Ibu Sri Suci
2. Ibu Supriyati
3. Ibu Vie Tjing
4. Ibu Yusdiyanto
5. Ibu Sugiyanti
6. Ibu Ary Kristanti
7. Ibu Eny Meinawati
8. Ibu Anita Soetrisno
9. Ibu Yarni Gea
10. Ibu Lidia Dewi Angreani

ANGGARAN DANA PEMBELIAN TANAH

Luas tanah yang akan dibeli: 570 M2, dengan harga tanah per meter persegi: Rp 1.750.000/m2, sehingga anggaran yang diperlukan adalah:

TOTAL DANA UNTUK MEMBELI TANAH

Rp 997.500.000

BIAYA SEKRETARIAT

Rp 2.500.000

SURAT-SURAT, dll

Rp 20.000.000

TOTAL DANA YANG DIBUTUHKAN

Rp 1.020.000.000

Cara Pencarian Dana:


1. Melalui Jemaat GKMI Petra sendiri

Rp 500.000.000

2. Melalui proposal ke pribadi-pribadi/lembaga/GGKMI

Rp 520.000.000


Apabila Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berkenan membantu dan memberikan persembahan dapat melalui:
1. BCA KCP Mangga Dua Mal
Account Number: 693 0164036 a.n. TJOE MIN FANG
2. Wesel Pos:
Panitia Pembelian Tanah GKMI PETRA
Jl. Cempaka No. 2 Depok Lama - 16431
3. Langsung ke Panitia Pembelian Tanah
Contact Person:
- Gereja 021-777 3450
- Pdm. Eko Purwanto 0813 2555 0785
- Katmo 0812 997 2047
- Yusdiyanto 0813 1928 8287
- Tjoe Min Fang 0816 190 7127 atau 0813 1796 5895

Jadwal Pelaksanaan Pembelian Tanah
1. Tahap I: Pembayaran awal (50% dari harga tanah) dilakukan pada bulan Desember 2008
2. Tahap II: Pembayaran s.d. 100% dari harga tanah, dilakukan pada bulan Desember 2009

Sunday, July 27, 2008

Minggu Kedua Agustus 2008

JANGAN SELEWENGKAN KEMERDEKAAN

1 Petrus 2: 11-17

Kemerdekaan adalah anugerah Tuhan bagi setiap bangsa, termasuk Indonesia. Anugerah itu harus dipelihara dan dipertahankan. Sebaliknya, kemerdekaan tidak boleh disia-siakan apalagi diselewengkan atau dirusak demi kepentingan kelompok tertentu. Setiap orang percaya juga sudah dimerdekakan oleh Allah dari belenggu dosa, dipanggil untuk mengisi kemerdekaan bangsa dengan ikut mewarnai pergaulan disekitarnya. Panggilan menjadi Kristen ini menempatkan orang percaya pada posisi dan hak istimewa. Namun posisi itu bukanlah merupakan kesempatan untuk bermegah. Kita dipanggil untuk tidak menyalahgunakan hak-hak istimewa itu.

Rasul Petrus dalam perikop ini menjabarkan beberapa pesan Firman Tuhan:

Pertama, himbauan agar umat tetap hidup sebagai orang asing, mengasingkan diri dari keinginan duniawi (ayat 12). Orang-orang Kristen pada saat itu hidup di tengah-tengah masyarakat yang bukan Yahudi. Orang Kristen diminta untuk tidak ikut arus kehidupan yang bebas berbuat apapun dan hanya mengejar keinginan daging, melainkan harus berani menjauhi dan melawan arus. Orang Kristen sebagai pendatang dan perantau harus menunjukkan sikap yang berbeda dan berani berbeda dengan apa yang tidak benar (ayat 11). Tentu saja, prinsip tidak ikut arus itu akan menimbulkan ketidaksenangan orang-orang yang merasa terusik dengan sikap orang Kristen. Mereka mungkin akan memfitnah, mencurigai, dan mencari-cari kesalahan serta menjadikan orang Kristen sebagai kambing hitam. Untuk menghadapi kemungkinan seperti itu, orang Kristen harus mempraktekkan cara hidup yang baik dengan berbuat baik (ayat 12, 15). Hanya dengan cara perbuatan baik, orang Kristen akan membungkamkan kepicikan orang-orang yang berpikir sempit di tengah masyarakat.

Kedua, Kristen dipanggil untuk “tunduk” kepada semua lembaga manusia, artinya Kristen memiliki keberadaan dan misi khusus dalam rencana Allah (ayat 13). Salah satu cara hidup yang baik adalah tunduk kepada pemerintah atau pemimpin masyarakat. Sikap tunduk ini bukan asal tunduk, melainkan tunduk karena Allah (ayat 13-14). Artinya kalau kepemimpinan sesuai dengan kehendak Allah, orang Kristen harus menjadi pendukung utama (lihat juga Roma 13: 1-2 – red). Kalau kepemimpinan tidak sesuai dengan kehendak Allah, maka orang Kristen harus mengingatkan para pemimpin agar tidak melakukan penyelewengan. Allah adalah sumber kekuasaan dalam masyarakat dan bangsa manapun.

Ketiga, Kristen dipanggil untuk hidup bertanggungjawab di tengah kebebasan (ayat 16). Di tengah situasi penyelewengan, orang Kristen harus memperkenalkan kemerdekaan yang sesungguhnya (ayat 16). Kemerdekaan yang sudah dialami di dalam Kristus, yaitu kemerdekaan untuk berbuat baik dan melakukan kehendak Allah. Jadi sebagai orang Kristen, yaitu kemerdekaan untuk berbuat baik dan melakukan kehendak Allah. Jadi sebagai orang Kristen ada dua aspek kemerdekaan, yaitu: merdeka dari cengkeraman dosa dan merdeka untuk menjadi manusia yang baik dan berbuat baik. Itulah sebabnya, orang yang sungguh-sungguh merdeka disebut hamba Allah. Dengan menjadi orang merdeka, orang Kristen mendorong semua orang untuk sungguh-sungguh menjadi orang merdeka.

Gambaran ideal dari masyarakat yang merdeka dan menghayati kemerdekaan dari Allah adalah maasyarakat yang hidup dengan saling menghormati, mengasihi dan menaruh kepercayaan kepada pemimpinnya (ayat 17).

Umat Kristen sebagai bagian dari rakyat tidak boleh hanya berteriak “Jangan selewengkan kemerdekaan!” Setidaknya umat Kristen harus belajar bagaimana mencegah penyelewengan itu dalam kehidupan kita sendiri. Kita harus berusaha untuk hidup bersih dan jujur, dengan menggunakan kebebasan atau kemerdekaan yang sudah kita peroleh untuk kepentingan orang lain dan kesepakatan bersama.

Terpujilah Allah!

oleh: Pdm. Eko Purwanto, M.Si

Minggu Pertama Agustus 2008

Renungan:

GEREJA IKUT MENGISI KEMERDEKAAN BANGSA

Yesaya 58:1-12

Kesalehan personal adalah hal yang sangat mendasar, penting dan harus ada dalam kehidupan orang Kristen, tetapi tidak menjadi lengkap dan perlu dipertanyakan kesungguhannya bila tidak mengalir dalam kehidupan sehari-hari menjadi kesalehan sosial. Panggilan untuk mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang didasarkan pada kebenaran dan keadilan hanya dapat dilakukan, bila penghayatan iman Kristen tidak hanya dibatasi dalam bentuk formal di dalam tembok gereja tetapi dipraktekkan dalam kehidupan sosial secara nyata.

Saat umat Israel mulai kembali ke Yerusalem dari pembuangan di Babel, mereka mengalami suatu masa baru membangun kehidupan masyarakat baru di tanah air yang sudah porak poranda. Nabi Yesaya diutus oleh Allah untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan Allah agar masyarakat baru itu dapat dibangun di atas landasan yang benar dan dapat diisi sesuai dengan kehendak Allah. Suara kebenaran dan keadilan yang harus disampaikan dengan nyaring bagaikan sangkakala yang akan menyentak umat Allah untuk menyadari kesalahan mereka pada waktu yang lalu (ayat 1). Pengalaman masa yang lalu membuat Yerusalem sebagai pusat ibadah Yahudi justru menyisakan wajah kemunafikan atau kepalsuan. Ibadah yang ditandai dengan puasa ternyata terpisah dan bahkan bertolak belakang dengan praktek sosial. Dengan begitu saleh, umat meratap di tembok Bait Allah yang sudah runtuh, ”Kami setiap hari datang kepadaMu dan berpuasa, tetapi mengapa Engkau tidak memperhatikan hidup kami lagi?” (ayat 2-3). Dari luar ibadah dan puasa mereka tampak begitu keras penuh ketaatan, tetapi dibalik semua itu masih harus dipertanyakan motivasi, ketulusan dan kesungguhannya. Mereka ternyata masih egois mengurus urusannya sendiri dan menindas orang-orang kecil. Mereka berpuasa sambil berkelahi (ayat 3-5).

Bukan ibadah atau puasa macam begitu yang dikehendaki Allah. Ibadah melalui Puasa yang benar adalah pengekangan hawa nafsu untuk memenuhi keserakahan dengan mau mempraktekkan keadilan, pembebasan, hidup berbagi dalam cinta kasih bersama mereka yang miskin dan papa (ayat 6-7). Masa depan yang diwarnai dengan syalom (damai sejahtera) Allah, digambarkan dengan sangat indah (ayat 8-12). Semua itu terjadi bila umat Allah berbalikdari kesalehan palsu menuju kepada kesalehan hidup yang utuh dan menyeluruh (ayat 9b-10a). Bila umat Allah mau menjadi masyarakat yang berbagi atau masyarakat yang adil, maka Allah akan memberikan kemakmuran kepada bangsa itu. Ibadah formal dan kehidupan bermasyarakat tidak terpisahkan. Allah menghendaki ibadah dan kesalehan yang utuh dan menyeluruh dalam semua bidang kehidupan. Hanya dengan itu, pemulihan akan terjadi.

Firman Tuhan ini mengajarkan kita, bahwa ibadah itu semestinya tidak berhenti pada saat di ruang ibadah, tetapi ditindaklanjuti dengan menjalankan kehidupan konkret sehari-hari. Teguran Tuhan atas ibadah formal umat Israel dan ancaman hukuman Allah kepada Israel mengingatkan kita tentang keadaan nyata yang dialami oleh bangsa kita. Krisis yang berkepanjangan di Indonesia adalah buah pahit yang harus ditelan dengan rasa terpaksa oleh seluruh lapisan masyarakat. Semuanya terjadi karena ulah yang salah dari penguasa yang mempraktekkan ketidakadilan terhadap rakyatnya sendiri. Kesalahan juga dilakukan oleh anggota masyarakat yang membiarkan ketidakadilan itu terjadi. Cita-cita kemerdekaan dihancurkan oleh kesewenang-wenangan penguasa, dengan seringkali memakai agama sebagai legitimasi. Slogan bahwa masyarakat Indonesia itu agamis, religius justru membius kita semua seolah-olah praktek ketidakadilan itu sudah sesuai dengan norma agama. Padahal semua itu dipakai untuk menutupi praktek ketidakadilan dan keserakahan.

Sekarang setelah semua terjadi dan krisis menjadi bagian dari proses pemulihan bangsa, apa yang dapat dilakukan gereja dalam era ini? Apakah gereja hanya akan tetap sibuk dengan aktivitas gerejawi dengan model kesalehan yang lama? Apakah Ibadah dan kesalehan orang Kristen, tetap dilakukan di atas ”menara gading” sehingga masyarakat tidak dapat merasakan dampak dari kesalehan itu secara nyata? Bukankah, sudah saatnya gereja mengarahkan hati dan doa, serta pelayanannya bagi kepentingan masyarakat? Jangan ulangi kesalahan yang sama seperti yang dilakukan Israel! Beribadah kepada Allah harus berwujud dalam sikap kita melayani sesama dengan kasih dan adil. Terpujilah Allah!

Oleh: Pdm. Eko Purwanto, M.Si

Saturday, July 26, 2008

JANJIMU SEPERTI FAJAR (story behind the song)

Rekan-rekan seiman, saya mendapatkan sebuah e-mail dari rekan seiman saya yang merupakan suatu cerita yang patut untuk kita ketahui dan juga sebuah kesaksian yang indah. Ceritanya sebagai berikut:



"JanjiMu s'perti fajar pagi hari....

yang tiada pernah terlambat bersinar....

cintaMu s'perti sungai yang mengalir....

dan kutahu betapa dalam kasihMu.........."


Demikian lirik dari reff lagu "JanjiMu Seperti Fajar".

Hampir semua umat Kristen dari berbagai denominasi Gereja di Indonesia bisa menyanyikannya.

Saya ingat, suatu kali dalam pelayanan kunjungan ke Rumah Sakit, kami menyanyikan lagu-lagu penghiburan dari kamar ke kamar, untuk menguatkan dan memberi pengharapan kepada pasien-pasien yang sedang terbaring lemah di Rumah Sakit.

Ada seorang pasien yang meminta lagu JanjiMu Seperti Fajar dinyanyikan. Pasien ini menderita kanker stadium lanjut dan sudah sangat lemah. Kerabat keluarga yang dikasihi mengelilinginya, dan bersama-sama kami menyanyikan lagu ini. Tak terasa airmata menetes. Rasa haru yang dalam begitu kuat menguasai kami, dan kasih Bapa terasa dicurahkan atas pasien itu.

Rekan-rekan seiman juga pasti mengalaminya saat menyanyikan lagu ini. Ada kekuatan baru yang dilimpahkan ke atas setiap yang menyanyikannya.

Yang jelas...banyak orang diberkati, tapi nggak banyak yang tahu siapa penulis lagu ini. Penasaran ???

Untuk itu, saya sengaja meminta kepada songwriter , Afen, untuk menuliskan story behind the song . Apa yang dialaminya, sehingga lagu yang sangat powerful ini tercipta. Original lho. From the deepest heart of songwriter "JanjiMu Seperti Fajar".......

Nama saya Afen Hardianto .

Saya tinggal di Malang bersama dengan istri dan 2 anak saya yang perempuan 6 tahun dan yang laki-laki 4 tahun.

Saya berpacaran dengan istri saya sejak duduk dibangku SMA. Pada masa kita masih pacaran hubungan kita ditentang oleh keluarga istri saya. Tetapi kita tetap berpacaran sampai akhirnya kita mendapatkan restu untuk menikah. Tanpa saya sadari ternyata saya menyimpan kepahitan dari akibat hubungan kami yang dulunya ditentang.

Dan kepahitan itu saya simpan dan pupuk dan saya bawa di pernikahan sampai menyebabkan hubungan saya dengan istri menjadi kurang harmonis di tahun-tahun awal pernikahan kami.

Kemudian masuklah pihak ke tiga yang semakin memperkeruh keadaan rumah tangga kami. Dan rumah tangga saya semakin amburadul. Saya menolak dan menganggap istri saya sebagai penghalang kebahagiaan saya, sehingga saya membenci istri saya. Rasa cinta terhadap istri sudah tidak ada lagi, yang ada adalah kebencian yang menumpuk. Saya selalu menyakiti hati istri saya, walaupun istri saya tidak membalas tetapi saya semakin menyakitinya. Saya tidak mempedulikan anak saya, dan saya pun sibuk dengan keegoisan saya sendiri. Yang dilakukan istri saya hanya berdoa dan berpuasa, bahkan saat ia mengandung anak kami yang ke 2, ia berpuasa Ester untuk saya.

Istri saya menutupi segala keadaan yang terjadi dalam rumah tangga kami dari keluarganya. Ia berpegang pada firman Tuhan di Amsal 21:1 : "jika hati raja-raja ada didalam genggaman tangan Tuhan, apalagi hati seorang Afen" .

Tetapi saya tetap tidak memperdulikannya sampai pada akhirnya saya menyuruh istri saya untuk pergi dan saya antarkan istri dan anak saya pulang ke rumah orang tua istri saya. Dan orang tua istri saya pun menerima mereka dan juga menghendaki perpisahan ini dan mengharapkan akan berujung pada perceraian. Saat itu istri saya berkata kepada saya, ini bukan akhir dari segalanya. Setelah saya meninggalkan istri dan anak saya, saya berpikir saya akan menjalani hidup saya yang baru. Tetapi pada suatu malam pada saat saya sendiri Tuhan mengingatkan saya pada anak saya yang pertama, saya tiba-tiba merasakan rindu dan kangen sekali pada anak saya itu. Waktu itu anak saya masih berusia 1,5 tahun. Hati saya hancur dan saya menangis.

Saya berkata kepada Tuhan : " Tuhan apakah akhir dari hidupku akan seperti ini, saya yang dari dulu (SMP) sudah melayani Tuhan sebagai pemain musik tetapi apakah rumah tanggaku akan berakhir dengan perceraian?"

Tiba-tiba Tuhan memberikan melodi kepada saya lagu : "JanjiMu Seperti Fajar", dimana rencana saya lagu ini akan saya simpan untuk saya pribadi.

Tetapi pada saat pendeta saya mau rekaman, pendeta saya kekurangan 1 lagu dan ia bertanya kepada saya, apa saya mempunyai lagu. Dengan malu-malu saya tunjukkan lagu JanjiMu Seperti Fajar kepadanya. Saya benar-benar tidak menyangka lagu tersebut ternyata menjadi berkat bagi banyak orang, termasuk saya dan keluarga.

Dan singkat cerita Tuhan memulihkan keluarga saya. Istri, dan anak-anak saya juga sudah kembali bersatu dengan saya. Bahkan anak ke 2 saya yang dulu saya tolak dan lahir secara premature tanpa saya dampingi juga lahir dalam keadaan yang normal dan sehat. Dan setelah keluarga saya kembali bersatu, saya juga baru mengetahui bahwa pada saat keluarga saya berantakan setiap hari istri saya menuliskan kata-kata iman di sebuah buku.

Di dalam tulisannya tersebut istri saya mengatakan : Suamiku Afen pasti dikembalikan Tuhan padaku, keadaan ini adalah baik bagiku karena pasti ada anugerah besar bagiku, suamiku Afen adalah suami yang takut akan Tuhan, suamiku Afen adalah suami yang mengasihiku, semua ini mendatangkan kebaikan bagiku karena Tuhan pembelaku ada di pihakku.

Dan sekarang saya benar-benar merasakan pemulihan yang Tuhan kerjakan di dalam hidupku, bahkan saya juga tidak menyangka bahwa lagu JanjiMu Seperti Fajar menjadi lagu terbaik Indonesian Gospel Music Award 2006, menjadi theme song sebuah sinetron dengan judul yang sama, dan Tuhan memelihara hidup kami sekeluarga juga melalui lagu tersebut.

Terima kasih Tuhan Yesus Memberkati.

(from Afen Hardianto)

....wow...sungguh testimony yang mengharu biru. Teman-teman pasti lebih dikuatkan lagi ya. Nggak pernah menyesal ikut Yesus, karena di dalam Yesus nggak ada tuh yang namanya dead end. Selalu ada jalan keluar. Selalu ada pengharapan yang baru. Pengharapan yang tidak pernah sia-sia.

Kalau Afen (especially his wife) mengalami jalan keluar, kita juga akan mengalami jalan keluar.


Because our destiny is being more than a conquerer !!!


Selamat berjuang !!!